Foraminifera Sedimen Dasar Laut Delta Mahakam, Kalimantan Timur

Dalam kerangka penelitian dan penyelidikan geologi dan geofisika kelautan yang dilaksanakan oleh tim Pusat Pengembangan Geologi Kelautan, sebanyak 44 percontoh sedimen telah dianalisis foraminiferanya. Pada umumnya, foraminifera plangton yang lebih banyak dijumpai adalah Globigerinoides spp., Neogloboquadrina dutertrei, dan Pulleniatina spp. Neogloboquadrina dutertrei yang dikenal sebagai spesies penciri untuk kondisi salinitas rendah. Spesies-spesies tersebut banyak dijumpai pada kedalaman lebih dari 40 m, dan mencapai maksimum pada kedalaman 1400 m (lokasi 11, lepas pantai Tanjung Bayur). Di tempat seperti ini jumlah individu dan keanekaragaman foraminifera plangton paling tinggi dan termasuk ke dalam zona lereng sesar atas, sedangkan yang terendah ada di lokasi 7 (dekat pantai muara S.Muara Bayur)
PENDAHULUAN
Penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di Delta Mahakam, Kalimantan Timur (Lembar 1915) telah dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Geologi Kelautan pada bulan September 1999.Pada penelitian terdahulu, Le Roy (1941), meneliti foraminifera bentos kecil di Teluk Sangkoelirang, dia meneliti kurang lebih 150 spesies yang termasuk ke dalam 78 genera. Kemudian Coutillas (1983, dalam Van Marle, 1991) telah pula melakukan penelitian jenisjenis foraminifera bentos dari berbagai kedalaman di Deta Mahakam. Adisaputra (2000, dalam Ranawijaya drr., 2000), menjumpai banyaknya spesies Amphistegina lessonii di Delta Mahakam, yang
keberadaannya sangat tergantung terhadap intensitas cahaya, yang antara lain berasosiasi dengan Operculina, dan Pseudorotalia schroeteriana. Ketiganya memerlukan kondisi air yang jernih (turbulensi rendah).
Berdasarkan hal tersebut, di dalam tulisan ini, penulis bermaksud akan membahas mengenai sebaran lateral dari foraminifera, Adapun tujuan penelitian ini untuk memperlihatkan fluktuasi spesies dominan dari setiap lokasi dan hubungannya dengan kedalaman dan kemungkinan-kemungkinan kondisi lainnya, seperti arus, dan faktorfaktor lainnya yang mendukung kelangsungan keberadaannya. Lokasi penelitian terletak antara koordinat 0° 00 - 1°00 S dan 117°00 - 118°30’T. Sebanyak 45 percontoh sedimen telah diambil dan 44 percontoh di antaranya telah dianalisis mikrofaunanya. Percontoh sedimen permukaan diambil pada kedalaman antara 13 m - 2300 m di bawah permukaan laut (Gb.1) dan peta batimetrinya terlihat dalam Gb. 2.
Berdasarkan pengamatan megaskopis, sedimen permukaan daerah telitian terdiri atas lempung, lempung pasiran, pasir lempungan, lumpur pasiran, pasir, lumpur dan kerikil (Gb.3).

METODE
Pengambilan percontoh sedimen dilakukan dengan menggunakan alat pemercontoh comot (grab sampler).
Percontoh sedimen ditimbang dan kemudian dicuci dengan menggunakan ayakan dengan bukaan 100 mesh (150 µ). Percontoh sedimen dianalisis terutama foraminiferanya dari 1 g berat sedimen sisa (washed residue). Sebaran
foraminifera dihitung secara kuantitatif dan bervariasi, tergantung kelimpahannya. Maksimum penghitungan sampai 220 spesimen per contoh. Taksonomi foraminifera plangton didasarkan atas Blow (1969), Postuma (1971), Saito drr (1981), Bolli & Saunders (1985). Untuk foraminifera bentos didasarkan atas Le Roy (1941 dan 1944), Boltovskoy (1978), Loeblich & Tappan (1988), Van Marle (1991), Yassini and Jones (1995) dan untuk foraminifera besar didasarkan atas Cole (1969).

HASIL PENELITIAN
Mikrofauna
Pada umumnya foraminifera plangton dan bentos banyak dijumpai di daerah telitian, sedangkan jumlah individu mikrofauna lainnya hanya sedikit. Kedalaman tempat pengambilan percontoh sedimen berkisar antara 11 m – 2300 m. Di samping itu dijumpai pula mikrofauna lainnya seperti ostrakoda dan moluska yang terdiri atas
pelesipoda dan gastropoda. Untuk memudahkan penafsiran, maka daerah pembahasan dibagi ke dalam tiga bagian, yakni bagian utara (Muara Lerong), tengah (Muara Pantuan) dan bagian selatan (Tanjung Bayur).

Bagian Utara (Muara Lerong)
Dari bagian ini, 16 percontoh yang telah dianalisis, yaitu nomor-nomor 1915- 26, -27, - 28, -29, -30, -31, -32, -34, -35, -36, -37, -38, -39, - 40, -41 dan 1915-42. Lokasi-lokasi tersebut mempunyai kedalaman yang berkisar antara 40 m - 2300 m. Spesies foraminifera plangton yang dominan di Muara Lerong ini adalah Globigerinoides
spp. yang terdiri atas Gs conglobatus, Gs cyclostomus, Gs elongatus, Gs immaturus, Gs obliquus, Gs pyramidalis, Gs ruber, Gs sacculiferus, dan Gs trilobus (Gb. 4). Mereka berasosiasi dengan Neogloboquadrina dutertre dan Pulleniatina spp., yang terdiri atas Pu. finalis, Pu. obliquiloculata, Pu. praecursor dan Pu.
primalis dan jumlahnya berkisar dari jarang sampai cukup banyak. Pada kedalaman lebih dari 75 m, jumlah Neogloboquadrina dutertrei lebih banyak dibandingkan pada kedalaman yang lebih dangkal. Spesies lainnya, seperti Globorotalia tumida, Gr ungulata, Gr viola, Sphaeroidinellopsis spp dan lain-lainnya dengan jumlah yang tidak begitu banyak. Dijumpai pula spesies runtungan (reworked species) seperti Catapsydrax dissimilis, Pu. primalis, Ss. seminulina, Hastigerina praesiphonifera, Gr. merotumida dan Gr. plesiotumida tetapi jumlahnya tidak begitu banyak. Dalam Gb. 5, terlihat bahwa jumlah maksimum individu foraminifera plangton di bagian utara ini terdapat pada kedalaman 45,6 m (lokasi 28), sedangkan jumlah minimum pada kedalaman 49 m (lokasi 42).

Di pihak lain, keanekaragaman yang maksimum di bagian utara ini terdapat pada kedalaman 107 m (lokasi 40), sedangkan keanekaragaman minimum pada kedalaman 49 m (lokasi 42). Foraminifera bentos yang banyak dijumpai di bagian utara antara lain adalah Amphistegina lessonii, Heterolepa spp dan Pseudorotalia schroeteriana. Spesies lainnya yang juga agak banyak jumlahnya adalah Operculina spp. dan Osangularia spp., walaupun sebarannya tidak merata (Gb. 6). Pada umumnya Pseudorotalia schroeteriana banyak dijumpai di dekat muara pada kedalaman kurang dari 46 m,

sedangkan ke arah lebih dalam spesies ini berkurang atau hilang sama sekali. Amphistegina lessonii
lebih banyak dijumpai pada kedalaman antara 42 - 76 m, dengan sebaran yang tidak merata. Heterolepa spp paling banyak dijumpai pada kedalaman 45 m. Pada kedalaman lain jumlahnya tidak begitu banyak, walaupun
sebarannya cukup merata.

Spesies yang sedikit atau jarang adalah Bathysiphon sp, Spiroloculina sp dan Triloculina sp, dengan sebaran yang tidak merata. Jumlah maksimum individu foraminifera bentos di bagian utara terdapat pada kedalaman 45 m (lokasi 35), sedangkan yang terendah pada kedalaman 2300 m (lokasi 32). Keanekaragaman maksimum di bagian utara terdapat pada kedalaman 75,5 m (lokasi 30), sedangkan keanekaragaman minimum pada
kedalaman 45,6 m (lokasi 28). Jumlah individu dan keanekaragaman foraminifera bentos di bagian ini dapat dilihat dalam Gb. 7. Moluska tidak banyak dijumpai jumlahnya, terdiri dari pelesipoda dan gastropoda. Selain
itu dijumpai juga ostrakoda.

Bagian Tengah (Muara Pantuan)
Di bagian ini, contoh yang telah dianalisis ada 12 buah yaitu nomor-nomor 1915-15 sampai dengan 1915-25 dan 1915-43. Spesies foraminifera plangton yang banyak dijumpai di Muara Pantuan ini antara lain adalah Globigerinoides spp. yang terdiri atas Gs conglobatus, Gs cyclostomus,Gs elonatus, Gs immaturus, Gs obliquus, Gs pyramidalis, Gs ruber, Gs sacculiferus, Gs tennelus dan Gs trilobus (Gb. 8). Mereka berasosiasi dengan Neogloboquadrina dutertrei dan Pulleniatina spp., (Pu. finalis, Pu.
obliquiloculata, Pu. praecursor dan Pu. Primalis) dengan jumlah yang berkisar dari jarang sampai cukup banyak. Jumlah maksimum individu foraminifera plangton di bagian tengah ini adalah pada kedalaman 66 m (lokasi 20), sedangkan jumlah maksimum terendah dijumpai pada kedalaman 59 m (lokasi 18). Keanekaragaman
tinggi dijumpai pada beberapa lokasi seperti 24, 16 dan 25 pada kedalaman lebih dari 70 m, sedangkan yang terendah dijumpai pada kedalaman 59 m. Jumlah individu dan keanekaragaman foraminifera plangton di bagian ini dapat dilihat dalam Gb. 9. Foraminifera bentos yang umum dijumpai di bagian tengah ini antara lain terdiri atas Amphistegina lessonii, dan Heterolepa spp., yang banyak terdapat pada kedalaman antara
66 dan 77 m. Spesies Cibicides damoeliensis hanya dijumpai pada lokasi 19 pada kedalaman 57 m. Pseudorotalia schroeteriana dijumpai hanya pada kedalaman antara 40- 60 m (Gb. 10). Spesies lain yang
jumlahnya sedikit atau jarang seperti Ammonia beccarii, Elphidium spp., Lenticulina sp., Epistomina
Quinqueloculina spp, Spiroloculina spp., dan lain-lainnya dapat dilihat dalam Adisaputra (2000,
dalam Ranawijaya, 2000). Jumlah maksimum individu foraminifera bentos di bagian tengah terdapat pada kedalaman 66 m (lokasi 20), sedangkan jumlah minimum dijumpai pada kedalaman 44,4 m (lokasi 15). Keanekaragaman paling tinggi terdapat pada kedalaman 76,2 m (lokasi 25), sedangkan yang terendah pada
kedalaman 44,4 m (lokasi 15).
Jumlah individu dan keanekaragaman foraminifera bentos di bagian ini dapat dilihat dalam Gb. 11. Seperti halnya di bagian utara (Muara Lerong), bagian tengah ini (Muara Pantuan), ostrakoda dan moluska yang terdiri dari pelesipoda dan gastropoda dijumpai dalam jumlah yang tidak banyak (Adisaputra, 2000, dalam
Ranawijaya, 2000).

Bagian Selatan (Tanjung Bayur)
Di bagian ini, ada 16 (enam belas) percontoh yang telah dianalisis: 1915-1 sampai dengan -14, -44 dan
1915-45, dari kedalaman antara 11- 1400 m. Menurut Adisaputra, (2000, dalam Ranawijaya, 2000), foraminifera
plangton yang terdapat secara melimpah di bagian ini adalah Globigerinoides spp., yang antara lain terdiri atas Globigerinoides conglobatus, Gs cyclostomus, Gs elongatus, Gs extremuus, Gs immaturus, Gs obliquus, Gs pyramidalis, Gs ruber, Gs sacculiferus dan Gs trilobus. Di samping itu spesies yang juga banyak dijumpai adalah Neogloboquadrina dutertrei, dan Pulleniatina obliquiloculata (Gb. 12). Jumlah foraminifera plangton
di bagian ini meningkat mulai dari kedalaman 23 m ke arah laut yang lebih dalam. Spesies dengan jumlah individu sedikit atau jarang seperti Globorotalia acostaensis, Orbulina universa, dan Sphaeroidinella dehiscens juga dijumpai di daerah ini. Jumlah individu dan keanekaragaman maksimum foraminifera plangton di bagian selatan terdapat pada kedalaman 1400 m (lokasi 11), sedangkan yang terendah pada kedalaman 11,3 (lokasi 7). Jumlah individu dan keanekaragaman untuk foraminifera plangton bagian ini dapat dilihat dalam Gb. 13.
Variasi spesies foraminifera bentos yang dijumpai pada kedalaman 11 m - 23 m agak rendah, menurut Adisaputra, (2000, dalam Ranawijaya, 2000), diantaranya terdapat Heterolepa spp, Pseudorotalia schroeteriana,
Sphaeroidina bulloides, Triloculina spp.

Pseudorotalia schroeteriana mulai meningkat jumlahnya pada kedalaman antara 23 m sampai 50 m. Ke arah lebih dalam hanya dijumpai di satu lokasi saja (lokasi 15). Antara kedalaman 51 m sampai 89 m spesies yang
banyak dijumpai adalah Amphistegina lessonii, Heterolepa spp, dan Operculina spp. (Gb. 14) Selain itu dijumpai juga spesies yang sedikit atau jarang seperti Bolivina sp., Pullenia sp., Spirillina spp., dan sebagainya.

Dalam Gb. 13 terlihat bahwa jumlah maksimum foraminifera bentos dibagian selatan terdapat pada kedalaman 65,8 m (lokasi 12), sedangkan jumlah minimum pada kedalaman 17,3 m (lokasi 6). Keanekaragaman maksimum
terdapat pada kedalaman 63,5 m (lokasi 8), sedangkan keanekaragaman minimum di lokasi 6.
Jumlah individu dan keanekaragaman foraminifera bentos bagian selatan ini dapat dilihat dalam Gb. 15. Seperti halnya di bagian utara (Muara Lerong), dan tengah (Muara Pantuan), kandungan moluska bagian selatan (Muara Tanjung), juga terdiri atas pelesipoda dan gastropoda, hanya saja jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan
bagian utara dan tengahnya. Selain itu dijumpai juga ostrakoda Adisaputra, (2000, dalam Ranawijaya, 2000).

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, ternyata spesies foraminifera plangton yang umum dijumpai di Delta Mahakam adalah Globigerinoides spp., Neogloboquadrina dutertrei, Globorotalia menardii dan Pulleniatina spp. (Gb. 4, 8 dan 12). Untuk bagian selatan, Globorotalia menardii tidak diperlihatkan di dalam Gb. 14 karena jumlahnya sedikit.
Neogloboquadrina dutertrei merupakan spesies yang khas untuk daerah salinitas rendah (Cullen, 1981). Jumlah spesies ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan Globorotalia menardii, spesies yang khas untuk perairan dengan salinitas tinggi. Hal ini terjadi sangat mungkin karena lokasi penelitian ada di bawah pengaruh muara sungai Delta Mahakam. Spesies-spesies tersebut di atas lebih banyak dijumpai pada sedimen lempung lempung
pasiran, lumpur pasiran dan pasir pada kedalaman lebih dari 40 m dengan jumlah bervariasi. Fluktuasi oraminifera plangton pada kedalaman ini diperkirakan karena

adanya variasi morfologi dasar laut dan arus bawah laut. Pada lokasi 11 (kedalaman 1400 m), di bagian lereng sesar atas yang sedimennya tersusun oleh lempung, foraminifera plangton berkembang dengan baik, sedangkan foraminifera bentos sama sekali tidak dijumpai. Pada kedalaman kurang dari 40 m, dalam sedimen lempung, spesies-spesies tersebut jumlahnya sangat rendah. Kedalaman ini, ditambah dengan kondisi salinitas yang rendah, merupakan habitat yang tidak baik bagi foraminifera plangton untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Jumlah individu dan keanekaragaman tertinggi foraminifera plangton adalah pada lokasi 11 (lepas pantai Tanjung Bayur), pada kedalaman 1400 m, sedangkan jumlah individu dan keanekaragaman terendah terdapat di lokasi 7 (dekat pantai muara S. Muarabayur), pada kedalaman 11,3 m. Foraminifera bentos yang banyak dijumpai di daerah telitian adalah Pseudorotalia schroeteriana pada kedalaman kurang dari 50 m.

Pada umumnya mereka terkandung di dalam sedimen lempung dan lempung pasiran mulai dari utarahingga ke selatan. Amphistegina lessonii paling banyak dijumpai terutama pada kedalaman antara 40 - 90 m, di lepas pantai. Biasanya Amphistegina lessonii banyak dijumpai berasosiasi dengan terumbu karang atau berada di lingkungan air yang jernih, dalam zona fotik, yaitu zona tembus sinar
matahari (umumnya di bawah 100 m). Di daerah telitian kedalaman zona ini bergantung pada turbulensi sekitar muara tersebut. Berdasarkan besarnya jumlah spesies tersebut di muara-muara Lerong, Pantuan dan Bayur, maka
turbulensinya diperkirakan relatif rendah. Heterolepa spp., hampir dijumpai pada setiap kedalaman dalam jumlah bervariasi. Jumlah individu tertinggi untuk foraminifera bentos adalah pada lokasi 35 (Muara Lerong), pada
kedalaman 45 m, sedangkan yang terendah ada di lokasi 6 (dekat pantai, muara S.Muarabayur), pada kedalaman 17,3 m. Keanekaragaman tertinggi untuk foraminifera plangton adalah pada lokasi 8, pada kedalaman 63,5 m, sedangkan yang terendah ada di lokasi 6, (dekat pantai, muara S.Muarabayur), pada kedalaman 17,3 m.
Bervariasinya jumlah individu baik foraminifera plangton maupun bentos di bagian utara dan selatan tidak terlepas dari kemungkinan adanya arus bawah laut yang bisa mempengaruhi sebaran foraminifera di dalam sedimen. Spesies yang jumlah individunya sedikit atau jarang antara lain terdiri dari Asterorotalia spp.,
Bolivina sp., Pullenia bulloides, Spirillina spp., (Adisaputra, 2000, dalam Ranawijaya, 2000).

Mikrofauna lain di luar foraminifera adalah moluska yang terdiri dari pelesipoda dan gastropoda. Jumlahnya, yang terdapat di bagian selatan (Tanjung Bayur), lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang terdapat di
bagian utara (Muara Lerong), maupun di bagian tengah (Muara Tanjung). Demikian pula halnya dengan ostrakoda. Jumlah spesies foraminifera bentos ternyata jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan foraminifera plangton dan fauna lainnya. Fluktuasi jumlah individu foraminifera plangton dan bentos di bagian utara dan tengah tidak terlepas dari kemungkinan adanya arus bawah laut yang bisa mempengaruhi sedimen dan morfologi dasar lautnya. Di bagian selatan jumlah foraminifera cenderung meningkat ke arah
lepas pantai.

SIMPULAN
• Tidak kurang dari 39 spesies foraminifera plangton dan 149 spesies foraminifera bentos dijumpai di perairan Delta Mahakam.
• Pada umumnya spesies foraminifera plangton yang mendominasi daerah telitian adalah Globigerinoides spp.,
berikutnya adalah Neogloboquadrina dutertrei, yaitu spesies penciri untuk kondisi salinitas rendah.
• Foraminifera bentos yang dominan adalah Amphistegina lessonii, yaitu spesies yang sangat tergantung terhadap
intensitas cahaya, air yang jernih dan biasa berasosiasi dengan terumbu. Di daerah telitian spesies ini dijumpai dalam jumlah yang cukup banyak di dalam zona paparan karbonat dan pro-delta, sehingga diperkirakan turbulensinya relatif rendah.
• Bervariasinya jumlah individu spesies baik foraminifera plangton, maupun foraminifera bentos di bagian utara dan tengah tidak terlepas dari kemungkinan adanya arus bawah laut yang bisa mempengaruhi sedimen dan morfologi dasar lautnya. Di bagian selatan jumlah ini cenderung meningkat ke arah lepas pantai.

Leave a comment

Full HTML

  • Web page addresses and e-mail addresses turn into links automatically.
  • Lines and paragraphs break automatically.

Plain text

  • No HTML tags allowed.
  • Web page addresses and e-mail addresses turn into links automatically.
  • Lines and paragraphs break automatically.