L. Gustiantini, L. Sarmili, H. Catur Widiatmoko, U.Kamiludin, dan Y. Permanawati - Puslitbang Geologi Kelautan.
Daerah kajian adalah gunungapi bawah laut Abangkomba yang terletak di sebelah tenggara gunungapi Komba yang masih aktif di perairan sebelah utara Flores. Gunungapi bawahlaut Abangkomba merupakan gunungapi yang tidak aktif pada jalur busur volkanik transisi antara Busur Sunda dan rangkaian Busur Banda, dan merupakan salah satu dari rangkaian Pegunungan Komba (Komba Ridge). Berdasarkan penelitian sebelumnya, Abangkomba merupakan gunungapi bawahlaut yang menyimpan potensi mineralisasi hidrothermal, terutama ditemukannya kandungan logam emas, perak, tembaga, dll.Tujuan kajian ini adalah untuk menunjang inventarisasi data keberadaan mineral logam dan genesanya, serta sebagai penyedia data aktual di daerah frontier terutama di bawah laut di kawasan perairan Indonesia Timur
Secara megaskopis batuan Abangkomba dapat dikelompokkan menjadi 5 satuan batuan, yaitu andesit, basaltik, dasit, breksi, dan batuapung (pumice). Batuan andesit merupakan batuan yang paling dominan, terutama dengan tekstur umumnya porfiritik, dan sebagian besar mengalami alterasi, mineralisasi, dan oksidasi. Melalui analisis petrografi, batuan didominasi oleh kelompok andesit, yang kaya akan biotit. Dengan melihat persentase dari mineral bijih dalam analisis petrografi, maka gunungapi Abang Komba dapat dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan prosentase komposisi mineral bijih.
Dari hasil analisis mineralografi, umumnya mineral penyusun adalah magnetit, pirit, kuarsa, biotit, spalerit, arsenopirit, piroksen, limonit, hematit, ilmenit, amfibol, dan ghotit, pirhotit serta sedikit mengandung klorit, markasit, augit, mangan oksida, kalkopirit dan pirit . Kehadiran mineral klorit dan kuarsa merupakan indikasi adanya proses hidrothermal. Tidak ditemukannya mineral feldspatoid dan Mg-olivin menunjukkan bahwa magma Abangkomba memiliki sifat yang jenuh silika, sehingga keberadaannya tidak berkaitan dengan’ upwelling’ pada kerak samudera di busur belakang. Melalui analisis PIMA maka dapat diperoleh jenis mineral alterasi terutama didominasi oleh zona argilik haloisite, K.alunit, rubelit, ilit, zona propilitik klorit, montmorilonit, epidot, kalsit. Berdasarkan contoh batuan yang teralterasi menunjukan adanya mineralisasi jenis endapan epitermal sulfida rendah (epithermal low sulfide) dengan pH rendah, temperatur rendah. Dominasi tinggi mineral ilit menunjukkan kondisi fluida yang bersifat netral dan cenderung asam, ditunjang dengan keberadaan mineral pirit, kalkopirit dan pirhotit. Dari analisa kimia daerah ini mengandung unsur-unsur logam yang cukup prospek sebagai cadangan nasional untuk masa mendatang antara lain Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Ti, Mn, dan Mo.
Leave a comment