Pada Temu Ilmiah XIII dan Pameran Hasil Litbang ESDM 2017 yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 13 Juli 2017 di Puslitbangtek Migas Lemigas, Jakarta, Puslitbang Geologi Kelautan melaunching 2 peta hasil penelitian dan pengembangan telah ditandatangani oleh Wakil Menteri ESDM Bapak Archandra Tahar, sebagai berikut :
- Peta Sumber Daya Mineral Kelautan Indonesia
Peta ini merupakan Peta Sumber Daya Mineral Hipotetik, kompilasi hasil penelitian Puslitbang Geologi Kelautan dari tahun 1996-2015 dan merupakan peta edisi pertama (Edisi-1) yang menampilkan hasil penghitungan sumberdaya dan merupakan inovasi dari peta sebelumnya (2008).
Satuan penghitungan sumberdaya berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan yang mengacu pada SNI 13-4726-1998 dan dinyatakan dalam volume dengan satuan meter kubik (m3).
Khusus untuk endapan plaser, ketebalan endapan diketahui berdasarkan penafsiran rekaman seismik dan untuk beberapa lokasi diverifikasi dengan pemboran, sedangkan untuk cebakan primer (Komba) dilakukan secara visualisasi tiga dimensi (3D) morfologi dasar laut berupa bentukan chimney hasil pengolahan data multibeam.
Berikut ini adalah rangkuman kandungan dan potensi sumber daya mineral kelautan berdasarkan jenis komoditi:
Pasir Silika yang diwakili di Perairan Rupat, Riau memiliki kandungan lebih dari 18 milyar m3 dengan kadar 95,38%; Mineral berat pembawa UTJ sekitar 800 juta m3 yang dijumpai sekitar Perairan Bangka Belitung dan Kundur; Pasir timah dijumpai sekitar Pantai dan Perairan Singkep dengan potensi 386 juta m3 dengan kadar 0,01%. Emas plaser dijumpai di sekitar pantai di Teluk Semangko dan Teluk Bayah dengan potensi berkisar dari 3 juta hingga 8 juta m3 dengan kadar antara 0,1 hingga 0,6 ppm; sedangkan pasir besi diwakili di Pantai dan Perairan Kulon Progo dengan potensi lebih dari 376 juta m3 dengan kadar 10,54% dan akhirnya potensi emas primer ditemukan di dasarlaut Komba, Flores dengan kandungan 384 ribu m3 dengan kadar 3 ppm.
This map is a hypotetic mineral resource map, a compilation of research results from the Marine Geological Institute of Indonesia from 1996-2015 and is the first edition map (Edition-1) that presents the results and as modification from the previous map (2008).
Resource standart units are expressed by SNI 13-4726-1998 in volumetric with cubic meter (m3). Particularly for placer deposits, the thickness of sediment is known with used by seismic recording interpretation and then some locations are verified by drilling, while the primary deposit (Komba) is performed by visualizing 3-D morphology of seabed of the chimney multibeam data processing.
The following is a summary of the content and marine mineral resources potential of based on the commodities type:
Silica sand which is represented on Rupat Waters, Riau has a content of more than 18 billion m3 with a value of 95.38%; The REE bearing heavy mineral is about 800 million m3 found around Bangka Belitung and Kundur Waters; Tin sand found around Singkep coast and Waters of 386 million m3 and has level of 0.01%. Placer gold is found around the coast at Semangko Bay and Bayah Bay with potential ranging from 3 to 8 million m3 with levels ranging from 0.1 to 0.6 ppm; While the iron sand is represented on the coast and Kulon Progo Waters with potency of more than 376 million m3 and has concentaration of 10.54%; finally the potential of primary gold found at Komba seabottom, Flores with content of 384 thousand m3 and its concentartion of 3 ppm
Status data setiap lokasi:
No. |
Lokasi |
Jumlah Sampel |
Luas (m2) |
Tebal (m) |
Komoditi |
Analisa |
1 |
Perairan Rupat |
- |
- |
- |
Pasir Silika |
XRF/AAS (?) |
2. |
Laut Kundur |
73 |
51.511.954 |
15,75 |
Mineral berat pembawa UTJ (Monasit, Senotim, Apatit dll) |
Isodinamik separator dan Mineralogi butir |
3. |
Perairan Singkep |
- |
- |
- |
Pasir Timah |
- |
4. |
Laut Bangka |
480 |
51.263.905 |
11,50 |
Mineral berat pembawa UTJ (Monasit, Senotim, Apatit dll) |
Isodinamik separator dan Mineralogi butir |
5 |
Laut Belitung |
92 |
3.468.000 |
12,00 |
Mineral berat pembawa UTJ (Monasit, Senotim, Apatit dll) |
Isodinamik separator dan Mineralogi butir |
6. |
Teluk Semangko |
- |
- |
- |
Emas |
- |
7. |
Teluk Bayah |
- |
- |
- |
Emas |
- |
8. |
Perairan Kulon Progo |
- |
- |
- |
Pasir Besi |
- |
9. |
Perairan Sangir Talaud |
- |
- |
- |
Pasir Besi |
- |
10. |
Perairan Komba |
- |
- |
- |
Emas |
- |
Catatan : No. 1 s.d 9 : Endapan plaser
No. 10 : Endapan primer
- Peta Potensi Energi Arus Pasang Surut
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) telah melaksanakan penelitian mengenai kecepatan arus dan potensi energi arus pasang surut sejak tahun 2006. Penelitian telah dilaksanakan di beberapa lokasi diantaranya di Selat Toyapakeh Nusa Penida Bali. Propinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Selat Larantuka, Pantar, Larantuka, Molo, Boleng. Selain itu di Selat Sugi – Riau, Lirung - Talaud, Mansuar – Raja Ampat Papua, dan Lembeh – Sulawesi Utara.
Penelitian energi arus pasang surut bekerjasama dengan instansi lain seperti Institute Teknologi Bandung (ITB), BPPT, dan Kementerian Ristek untuk lokasi Selat Sunda, Riau, Alas,dan Lombok.
Hasil penelitian menunjukan bahwa cakupan kecepatan arus pasang surut maksimum dari 14 lokasi daerah penelitian berkisar dari 1,24 m/s (Sugi, Riau) dan terbesar mencapai 3,68 m/s (Larantuka, NTT).
Nilai potensi energi arus pasang surut diperoleh dari hasil pemodelan selama satu bulan (Hindcast Model). Pemodelan menggunakan Princeton Ocean Modeling (POM) untuk lokasi Selat Riau, Lombok, Larantuka dan Alas. Lokasi Selat Lampa Natuna, Lirung Talaud, Sugi Riau, Toyapakeh Nusa Penida, Sunda dan Mansuar Raja Ampat dimodelkan dengan Mike 21. Model Regional Ocean Modeling System (ROMS) digunakan untuk Selat Boleng, Molo, dan Pantar. Nilai kesalahan untuk elevasi antara data dengan hasil model yaitu di bawah 20%.
Nilai rapat daya yang diperoleh dari hasil pemodelan menunjukan nilai tertinggi di Selat Larantuka yaitu mencapai 25 kW/m2, sedangkan terendah sebesar 0,98 kW/m2 adalah di Selat Sugi Riau.
Selain itu, cakupan nilai potensi praktis yang diperoleh dari daerah potensi hasil pemodelan untuk tiap selat adalah sebagai berikut (kW):
Alas (4.825 - 544.791), Lombok (3.696 – 248.596), Sunda (2.941 - 247.682), Pantar (1.930 - 220.178), Boleng (434 - 81.838), Lembeh (331 – 6.642), Toyapakeh (324 - 40.545), Riau (1.287 - 31.924), Larantuka (121 - 27.740), Molo (117 - 23.208), Mansuar (235 - 6.248), Lirung (289 - 7.183), Lampa (39 - 382), dan Sugi (24 - 212).
Marine Geological Institute has been conducting research on current velocity and tidal energy potential since 2006. The locations that have been carried out such research are in the Strait of Nusa Penida Bali. East Nusa Tenggara Province: Larantuka, Pantar, Larantuka, Molo, Boleng. Also in the Sugi Strait - Riau, Lirung - Talaud, Mansuar - Raja Ampat Papua, and Lembeh - North Sulawesi.
Tidal current energy research also cooperates with other institutions such as Institut Teknologi Bandung (ITB), BPPT, and the Ministry of Research and Technology, for the location of Sunda Strait, Riau Strait, Alas Strait, and Lombok Strait.
The results showed that the maximum tidal current velocity coverage in the study area ranged from 1.24 m/s (Sugi, Riau) and the largest reached 3.68 m/s (Larantuka, NTT).
Ocean Tidal Current Energy Potential value is obtained by hydrodynamic modeling (Hindcasting) result during at least one month. The modeling using Princeton Ocean Modeling (POM) is used to calculate the potential for several straits, there are Riau, Lombok, Larantuka and Alas. The Straits location of Lampa Natuna, Lirung Talaud, Riau Sugi, Toyapakeh Nusa Penida, Sunda, Mansuar Raja Ampat and Lembeh have been done using Hydrodynamic modeling software Mike 21. Meanwhile Model Regional Ocean Modeling System (ROMS) has been used for the other straits such as Boleng, Molo, dan Pantar. The error value which compare between value of modeling result and observation data for elevation has below 20%.
The maximum tidal current speed from observation data from fourteen locations is about 1,24 m/s (Sugi Riau Strait) up to 3,68 m/s (Larantuka Strait) respectively. The value of Power Density resulted by modeling shows the highest value 25 kW/m2 occurred at Larantuka Strait, meanwhile the lowest of power density value 0,98 kW/m2 occurred at Sugi Strait - Riau.
Then, the practical potential obtained by modeling result for each of strait will describe in the below (Unit Value, kW):
Alas (4,825 – 544,791), Lombok (3,696 – 248,596), Sunda (2,941 – 247,682), Pantar (1,930 – 220,178), Boleng (434 – 81,838), Lembeh (331 – 6,642), Toyapakeh (324 – 40,545), Riau (1,287 – 31,924), Larantuka (121 – 27,740), Molo (117 – 23,208), Mansuar (235 – 6,248), Lirung (289 – 7,183), Lampa (39 - 382), dan Sugi (24 - 212).
(Bidang Afiliasi dan Informasi/dery)
Leave a comment