Kelompok kerja geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan merupakan salah satu kelompok kerja yang berada pada unit PPPGL yang memiliki tugas untuk melakukan kegiatan kajian yang berkaitan dengan pengembangan kewilayahan/infrastruktur pantai laut di bidang energi dan sumber daya mineral.
Kelompok kerja geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan merupakan salah satu kelompok kerja yang berada pada unit PPPGL yang memiliki tugas untuk melakukan kegiatan kajian yang berkaitan dengan pengembangan kewilayahan/infrastruktur pantai laut di bidang energi dan sumber daya mineral. Kegiatan kajian yang pernah dilakukan pada beberapa tahun belakangan ini adalah sebagai berikut:
1.Penggantian Sub Marine Pipeline SPM 35000 DWT UP VI, Balongan
Pada tahun 2003 pula tim geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan juga berpartisipasi dalam Penelitian Kelautan untuk Penggantian Sub Marine Pipeline SPM 35000 DWT UP VI, Balongan. Pertamina sebagai owner ingin mengetahui jenis daya dukung pondasi, posisi serta kedalaman yang cukup aman untuk meletakkan pondasi yang akan menyangga trestle pier, dalam rekomendasi tersebut tim geoteknik telah memberikan beberapa alternatif bentuk dan dimensi pondasi tiang pancang, serta kedalaman pemancangan sehingga dari beberapa alternative tersebut dapat dipilih pondasi yang memiliki daya dukung yang paling aman dan ekonomis untuk menopang beban trestle pier.
2.Penempatan Jalur Pipa Gas LPG
Pada tahun 2002 tim geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan melakukan penyelidikan tentang penempatan jalur pipa gas LPG yang dimiliki oleh Perusahaan Gas Negara. Lokasi penyelidikan dilakukan sepanjang Duri hingga Singapura (Gambar 1), pekerjaan ini sangat diperlukan untuk mendapatkan lintasan pipa paling aman.
Sebaran sedimen permukaan laut daerah rencana jalur pipa merupakan jenis pasir, yang cukup tebal. Dari hasil penyelidikan lapangan diketahui pentingnya faktor slope stability, karena sepanjang rencana jalur pipa gas banyak terdapat penambangan pasir laut ilegal, selain itu juga faktor lalu lintas kapal yang cukup ramai menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan demi menjaga keamanan.
Faktor utama penentuan lintasan, adalah geologi yang terdiri dari geologi teknik kelautan dan kebencanaan (faktor gempa), selain itu dihitung pula faktor arus, gelombang, dan lalu lintas air. Integrasi data-data yang diperoleh menghasilkan suatu trace line jalur pipa yang paling aman dan ekonomis.
Penggambaran lokasi jalur pipa disuperposisikan dengan peta yang dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI AL, yang kemudian dimasukkan ke dalam legend infrastruktur yang perlu diperhatikan dalam alur pelayaran, sehingga kapal-kapal yang melewati daerah tersebut tidak akan sembarangan melego jangkar, yang akan menyebabkan rusaknya pipa gas.
3.Aspek Geologi dan Geofisika Sebagai Pendukung Pembangunan Terowongan Bawah Laut
•Selat Bali
Penyelidikan Aspek Geologi dan Geofisika dilakukan pada tahun 2003 untuk memperoleh data yang lebih spesifik tentang daya dukung tanah dan kondisi fisis air laut (arus, gelombang, pasang surut) daerah sekitar Selat Bali. Data yang diperoleh akan sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan terowongan untuk peletakan kabel listrik, pipa gas dan minyak.
Dalam penyelidikan ini, penyelidikan geoteknik baru difokuskan pada bagian pantai Pulau Jawa dan Pulau Bali sedangkan untuk bagian tengah Selat Bali belum dilakukan dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.
Penyelidikan geofisika yaitu seismik (sub bottom profile) dilakukan sepanjang ±100 km, dan berdasarkan data-data kegempaan dan geologi maka dapat diperkirakan alternatif posisi lintasan yang aman di Selat Bali adalah bagian utara Pelabuhan Ketapang pada sisi Pulau Jawa dan bagian selatan Pelabuhan Gilimanuk pada Pulau Bali.
•Selat Sunda
Kegiatan penyelidikan aspek geologi dan geofisika kelautan di Perairan Selat Sunda dimaksudkan untuk mendukung data dan informasi geologi kelautan bagi rencana pengembangan hubungan laut antara Pulau Sumatra dan Pulau Jawa (Terowongan Raja). Terowongan ini merupakan proyek besar pemerintah untuk mengantisipasi kepadatan arus penyeberangan Merak-Bakauheni, selain itu terowongan tersebut juga akan digunakan untuk mensuplai energi dari dan ke masinng-masing pulau, seperti energi listrik, gas dan telekomunikasi yang sudah pasti memanfaatkan infrastruktur tersebut.
Penentuan awal jalur terowongan teraman dari aspek geologi yang dibuat oleh PT. Propenta Persisten Indonesia merupakan masukan dari Puslitbang Geologi Kelautan, pada sekitar tahun 2002, seperti terlihat pada gambar dibawah.
Untuk itu pada tahun 2004 diadakan suatu studi yang lebih up to date tentang kondisi geologi dan geofisik Selat Sunda, tapi dikarenakan keterbatasan anggaran dan waktu, maka penyelidikan yang dilakukan hanya untuk sisi pulau jawa.
Hasil dari penyelidikan di ketahui untuk pemeruman dari pemeruman memperlihatkan adanya morfologi permukaan dasar laut dipengaruhi oleh struktur geologi dan tektonik yang aktif, terutama terlihat di bagian tengah daerah penyelidikan (di sebelah timur Pulau Sangiang) berupa palung dengan kedalaman berkisar lebih dari 130 meter berarah timur laut-barat daya.
Secara umum sedimen permukaan dasar laut hasil kegiatan pengambilan contoh dasar laut terdiri dari pasir kerikilan, kerikil dan pasir, sedangkan dari hasil kegiatan pemboran memperlihatkan adanya lapisan sedimen yang tidak terkonsolidasikan, bersifat lunak hingga kedalaman 20 meter yang terdiri dari fragmen cangkang koral, batuan yang teroksidasikan dan fragmen batuan beku yang bersifat lepas.
Sementara hasil pengukuran arus dan gelombang menunjukan bahwa pada umumnya kecepatan arus berkisar 0.38-0.65 m/det.. Kecepatan arus maksimum yang mungkin terjadi adalah 3 m/dt dengan ketinggian gelombang mencapai lebih dari 1.5 meter. Gelombang ini telah menyebabkan terjadinya erosi di beberapa tempat, terutama di bagian tengah Pantai Anyer hingga ke Teluk Anyer, di bagian utara dari Pelabuhan Merak hingga ke PLTU Suralaya.
Sedangkan dari hasil rekaman data seismik, teridentifikasi adanya 2 (dua) sekuen, yaitu sekuen A yang dicirikan dengan pola pantulan paralel dan subparalel mencerminkan lapisan pasir yang disisipi oleh endapan berbutir halus, batugamping dan batupasir yang diduga berumur Kuarter; sekuen B dicirikan dengan pantulan opaque, divergen dan pantulan bebas mencerminkan endapan berbutir sedang-kasar (batugamping pasiran dan batugamping terumbu) yang diduga berumur Miosen-Pliosen.
4. Site Assessment Graving Dock, di Pulau Karim Sorong, Papua
Pada tahun 2003 dilakukan kerja sama dengan Pertamina dalam rangka Site Assessment Graving Dock, di Pulau Karim Sorong, Papua. Pada pekerjaan ini tim geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan bertugas untuk memberikan rekomendasi pra-desain bangunan graving dock yang akan dibuat.
Tim geoteknik kelautan pada saat itu telah banyak memberikan masukan kepada pihak pertamina pada penentuan jenis bottom structure untuk graving dock yang akan dibangun, disamping itu dikaji pula dimensi dinding graving dock yang direncanakan, sehingga selain mengetahui jenis dan daya dukung bottom structure, diberikan pula pula pra design dari graving dock menurut hasil tim geoteknik kelautan.
Perencanaan awal pihak pertamina adalah menggunakan flat foundation setebal 1.50 m, akhirnya diganti dengan pile foundation atas masukan dari tim geoteknik, karena jenis tersebut lebih aman dan representative untuk dibangun pada daerah tersebut. Kondisi lapisan tanah yang didapatkan terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan penutup, lempung dan batulempung.
Untuk itu pengadaan infrastruktur penunjang energi sebagai mata rantai dari pengadaan sumber daya energi tidak dapat dipisahkan, dan harus benar-benar didukung oleh data-data geoteknik yang aplikatif disertai dengan rekomendasi pra design yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
5. Kajian Tentang Daya Dukung Lapisan Tanah Dengan Menggunakan alat sub bottom profiling (georadar SIR-20)
•Pengembangan Dermaga Pada PLTU di Tanjung Priok
Selain itu unit geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan juga banyak membantu pihak pemasok energi nasional yaitu PLN untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber energi barunya khususnya dibidang geoteknik, pada tahun 2004 tim geoteknik dan kebencanaan geologi kelautan PPPGL dengan menggunakan alat sub bottom profiling (georadar SIR-20), melakukan kajian tentang daya dukung lapisan tanah yang akan digunakan sebagai acuan posisi pengembangan dermaga pada PLTU di Tanjung Priok, dari hasil kajian tersebut didapatkan bahwa keadaan kondisi dermaga lama yang akan ditingkatkan kapasitas daya dukungnya, harus memiliki kedalaman tiang pancang yang lebih dalam dan harus dilakukan pembuatan sheet pile dengan menggunakan anchor.
•Pendeteksian Kebocoran Minyak di Depot Pertamina Plumpang Tanjung Priok Jakarta
Pada tahun 2005 tim geoteknik juga mendapatkan kepercayaan untuk mendeteksi ada tidaknya kebocoran minyak di Depot Pertamina Plumpang Tanjung Priok Jakarta, dengan menggunakan metoda georadar yang sangat multifungsi ini, maka keberadaan kebocoran minyak dapat terdeteksi, walaupun setelah dilakukan penyelidikan berdasarkan analisa hasil rekaman georadar tidak ditemukan adanya kebocoran minyak. Sebab bila ditemukan kebocoran minyak yang signifikan akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya, disamping itu juga ketidak efesienan di dalam penyimpanan minyak. Berdasarkan hasil rekaman GEORADAR, maka kondisi tanah secara global dapat diketahui pada kedalaman ±6 meter merupakan tanah timbunan, dimana pada lapisan ini banyak terdapat lempung pasiran, sedangkan untuk kedalaman selanjutnya merupakan satuan lempung.
Pada lintasan di sekitar tangki 5 dilakukan dengan mempergunakan antena frekuensi tinggi (1GHz) dengan tujuan untuk mengetahui kontaminasi hidrokarbon pada lapisan paling atas. Berdasarkan rekaman yang didapat, terlihat anomali konduktivitas tinggi yang cukup mencolok yang hampir mengelilingi tangki 5. Anomali konduktivitas tinggi ini dapat disimpulkan akibat adanya kontaminitas hidrokarbon di dalam tanah di sekitar tangki 5.
Berdasarkan penyelidikan maka dapat disimpulkan tidak terdapat kebocoran minyak pada daerah depot plumpang, sehingga pencemaran lingkungan seperti air tanah dan bahaya kontaminasi minyak untuk daerah penduduk sekitar depot plumpang tidak terjadi.
Leave a comment