Penulis Artikel Puslitbang Geologi Kelautan Mimin Karmini
Di Era Milenium III ini, banyak sekali para wanita yang telah menempati posisi tinggi, bahkan sampai Presidennyapun adalah seorang perempoean poela. Itu adalah merupakan suratan takdir dari Allah SubhanahuWaTaAla, semua orang tidak bisa mengingkarinya. Dalam rangka menuju apa yang kita cita-citakan untuk Indonesia tercinta ini, kebersamaan adalah merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan sumbangsih serta untuk membagi pengalaman kepada mereka yang perjalanannya masih panjang dalam mengemban tugas di posisi masing-masing.
Saya, sebagai staf dari Departemen yang vital bagi bangsa Indonesia ini, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, merasa sangat beruntung bekerja sesuai dengan profesi yang telah saya tekuni semasa di bangku kuliah. Meskipun nama Unit tempat saya bekerja ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, yang notabene banyak bekerja di laut, tapi saya menikmatinya. Bisa membandingkannya dengan waktu saya bekerja di darat, yaitu di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Dan itulah pokok pikiran yang saya ingin tuangkan di sini, sebagai geologist perempuan.
Di Era Milenium III ini, banyak sekali para wanita yang telah menempati posisi tinggi, bahkan sampai Presidennyapun adalah seorang perempoean poela. Itu adalah merupakan suratan takdir dari Allah SubhanahuWaTaAla, semua orang tidak bisa mengingkarinya. Dalam rangka menuju apa yang kita cita-citakan untuk Indonesia tercinta ini, kebersamaan adalah merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan sumbangsih serta untuk membagi pengalaman kepada mereka yang perjalanannya masih panjang dalam mengemban tugas di posisi masing-masing.
Saya, sebagai staf dari Departemen yang vital bagi bangsa Indonesia ini, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, merasa sangat beruntung bekerja sesuai dengan profesi yang telah saya tekuni semasa di bangku kuliah. Meskipun nama Unit tempat saya bekerja ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, yang notabene banyak bekerja di laut, tapi saya menikmatinya. Bisa membandingkannya dengan waktu saya bekerja di darat, yaitu di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Dan itulah pokok pikiran yang saya ingin tuangkan di sini, sebagai geologist perempuan.
Menjelang pensiun nanti, tahun 2008 (Insya Allah), saya akan mencoba mengemukakan suka-duka di dalam melaksanakan tugas. Tetapi, rupanya lebih banyak sukanya daripada dukanya. Alhamdulillah !
Permohonan maaf saya sampaikan kepada Bapak Kepala Pusat PPPGL, baik yang sekarang sedang memimpin, maupun Kepala Pusat -Kepala Pusat yang sebelumnya, seandainya ada ketidakpuasan terhadap apa yang saya capai selama ini. Itulah usaha maksimal saya sebagai PNS.
Kepada para rekan peneliti, saya ucapkan terima kasih yang tidak bisa saya ucapkan dengan kata-kata, atas kerjasamanya, yang dari mulai adanya jalur peneliti ini, sampai tulisan ini muncul. Semoga dalam menekuni profesi-profesi Anda sekalian, langkah-langkah yang lebih baiklah yang akan Anda jalani.
Kepada adikku Yeni, yang juga sebagai staf Seksi Kepegawaian di PPPGL, yang tidak henti-hentinya banyak membantu di bidang kepenelitian, kami atas nama para peneliti sangat berterima kasih atas kerjasamanya yang baik selama ini.
Terakhir saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga, suami dan anak-anak, atas pengertian kalian dalam memahami profesi istri dan ibunya, semoga amalan kita semua diterima Allah SWT Aamiin.
Tulisan ini saya sampaikan dalam rangka menyambut Hari Bersejarah Bangsa Indonesia yang akan menentukan Pimpinan Tertingginya secara langsung. Siapapun yang jadi Presiden, mari kita bekerjasama bahu membahu di bidangnya masing-masing, agar roda perjalanan bangsa kita aman sampai di tujuannya yang mulia, dunia dan akhirat.
Kebersamaan, itulah kata yang indah untuk diucapkan dan diamalkan. Sehingga <b>Aa Gym</b>, begitu beliau dikenalnya, pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, mencetuskan kalimat <b><i>Indahnya Kebersamaan</i></b>. Indah untuk didengar dan indah untuk dilaksanakan. Memang segala sesuatu itu kalau dilakukan secara bersama, pasti kita bisa.
Bersama kita bisa...................itulah lagu yang sering kita dengar dilantunkan oleh <b>Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)</b>, Mantan Menteri Departemen Pertambangan dan Energi dulu (sekarang Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) menjelang pemilihan langsung Presiden RI tahun 2004, karena beliau adalah salah satu Capres di negeri ini.
Tidak terasa waktu bergulir terus, seperti ombak lautan yang berkejaran mencapai tujuannya, pantai. Barangkali kalau menjadi PNS, sebagai karyawati, dengan lingkungan yang "berkodrat laki-laki" banyak sekali hal-hal yang membuat bibir tersenyum, di kala mengingat pengalaman-pengalaman di lapangan yang tidak mudah dilupakan.<br>
Kalau berjodoh dengan sesama <i>geologist</i> lagi tentunya banyak sekali maklumnya, itulah yang saya alami, sampai-sampai terima kasih saya terhadap suami tersayang tidak bisa dihitung, apalagi diungkapkan dengan kata-kata. Terima kasih, ya, Pak atas pengertian dan kerjasama yang baik, mengasuh anak-anak di kala ibunya sedang melaksanakan tugas! Mungkin Bapak mengizinkan saya bekerja, agar saya bisa mengamalkan ilmu yang telah saya capai dan mungkin yang paling penting adalah untuk mengembangkan bakat saya yang begitu kuat untuk bekerja keras, serta bakat............. ku butuh. Maklum pada waktu itu gaji PNS ini sangat "aduhai" (pada tahun 1972: Rp. 2.060 !), sehingga harus banyak "bemper" di kiri dan kanan, muka belakang, apalagi banyak anak. Itulah realita hidup, seni mengembang amanah dari Allah SWT, yang Alhamdulillah sampai saat ini, kita masih menikmati gaji PNS.
Bagaimana mengatur "antara tugas dan cinta"?, setiap orang diberi kesempatan dan faktor-faktor pendukung yang berbeda, terutama lingkungan yang bisa mencintai anak-anak, ketika orang tuanya, atau salah satunya tidak di tempat. Kebetulan pada waktu itu rumah orang tua letaknya dekat rumah kami, juga pengasuh anak ada dua orang, dan jam kerja yang agak "lapang", dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00, dan kalau Jumat, hanya sampai pukul 11.00. Itulah faktor-faktor pendukung yang bisa menenangkan hati kami selama bekerja di kantor.
Itulah pengalaman menjelang pensiun nanti, yang untuk bidang saya, masih belum ada kesempatan bagi junior-junior <i>geologist</i> lainnya untuk dapat menggantikannya sebagai penerus di bidang mikropaleontologi (foraminifera kecil dan besar) di unit Puslitbang Geologi Kelautan ini, karena terbentur sistem penerimaan pegawai. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, hal ini akan segera berubah, dan menjadi lebih baik untuk kesinambungan profesi hulu ini. Sebuah harapan kepada Pimpinan...
Pada awal tahun 1970, ketika terpikir untuk mengamalkan ilmu geologi yang didapat dari bangku kuliah, yang pada tahun tersebut belum lulus, tidak terbayangkan untuk bekerja sebagai apa karena cabang ilmu geologi cukup banyak. Meskipun pada waktu itu ilmu tersebut (mikropaleontologi) di bangku kuliah saya hanya bernilai pas pasan, saya terima tawaran untuk mengisi kekurangan pegawai di seksi ini di Direktorat Geologi, dengan harapan ilmu ini akan bertambah sejalan dengan waktu dan bertambahnya pengalaman.
Saya mengawali karier sebagai Calon Pegawai pada tahun 1972, menjadi PNS pada tahun 1973, sebagai asisten geologi, dan pada tahun 1975, sebagai ahli geologi. Pada tahun 1979, ada restrukturisasi, Direktorat Geologi berkembang menjadi 4 unit, dan saya menjadi staf di unit baru yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG) yang dikepalai oleh Bapak Hartono. Pada tahun 1984, berkembang lagi dengan adanya unit Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL), juga dikepalai oleh Bapak Hartono. Saya memutuskan untuk bergabung di unit yang dipimpin oleh Bapak Hartono ini, mencoba untuk menambah wawasan di bidang ilmu geologi kelautan. Kemudian, pada tahun 1989, unit ini dipimpin oleh Bapak Ismail Usna, yang pada tahun 1995 diganti oleh Bapak Aswan Yasin, sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2001, unit ini berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL). Pimpinan selanjutnya adalah Bapak Subaktian Lubis (2003), yang masih menjabat sampai sekarang (Juli 2004).
Jadilah sejak tahun 1972 tersebut sampai tulisan ini selesai ditulis, saya ini tercatat sebagai karyawati dari tujuh Menteri (Prof. Sadeli, Prof. Subroto, Ir. Ginanjar Kartasasmita, I.B. Sudjana, Prof Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Susilo Bambang Yudhoyono /SBY dan Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro), tujuh Dirjen/Kepala Balitbang (Prof. Dr. Katili, Dr. Ir. Adjat Sudradjat, M. Sc., Ir. Darmoko Slamet, Dr. Ir. Rozik Sutjipto, Ir. Suryantoro, M.Sc., Dr. Ir. F. S. Sembiring dan Dr. Ir. Wimpy S. Tjetjep) dan lima Direktur/Kapus (Drs. Johannes, Drs. H.M.S. Hartono, Ismail Usna, M.Sc., Drs. Aswan Yasin dan Ir. Subaktian Lubis, M..Sc.), seperti yang terlihat di dalam renungan saya di dalam Foto 1.
Saya sengaja mengemukakan hal ini, karena saya kira hal ini penting untuk mengetahui sejarah leluhur kita yang pernah Menjabat di Departemen yang kita cintai ini, terutama bagi generasi berikutnya. Mulai tahun 1991, ketika Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral yang pada waktu itu dipimpin oleh Bapak Adjat Sudradjat, dibukalah "jalur cepat" dalam meniti karier, yaitu Jalur Peneliti.
Sejak ada di jalur ini, saya bertekad untuk dapat mencapai posisi tertinggi (Ahli Peneliti Utama), kalau bisa sebelum masa pensiun umumnya (56 tahun). Dan sekarang alhamdulillah, saya termasuk orang yang beruntung menjadi Ahli Peneliti Utama di Bidang Geologi Kelautan, geologist perempoean yang pertama di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,. Rupanya memang rezeki diberikan kepada siapapun yang mau berusaha. Alhamdulillah itu terjadi pada tahun 1998, ketika umur saya 55 tahun, yang pada waktu itu PPGL ada di bawah pimpinan Bapak Aswan Yasin, kolega saya seangkatan waktu masih menjadi mahasiswa geologi UNPAD. Di angkatan ini juga saya menjadi "Anak perawan di sarang penyamun", karena hanya satu perempuan di antara 25 orang jalu yang bisa laju sampai ke finish, meskipun tersendat-sendat. Yang penting, biar lambat asal selamat.
Foto 1. Renungan mengingat para Pejabat DESDM
Leave a comment