Pegawai Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yaitu Purnomo Raharjo dan Dudi Arifin Setiabudi Ranawijaya pada tanggal 12 Agustus 2016 telah menghadiri rapat koordinasi di Kantor KEMENKO MARITIM atas undangan dari Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Bapak Safri Burhanuddin, yang dilaksanakan di ruang rapat Gedung I BPPT, Lantai 2 Jakarta. Hadir dalam rapat perwakilan dari Deshidros TNI AL, Puslitbang Geologi Kelautan (Kemen ESDM), Kementrian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Kemenhub), Direktorat Kepelabuhan (Kemenhub), Pustek Pengembangan Sumber Daya Wilayah (BPPT).
Bapak Safri Burhanuddin menyampaikan bahwa rencana pemerintah akan mendorong pengembangan kawasan Karimun, Batam dan Bintan. Saat ini alur pelayaran dari Jawa ke Batam dan Singapura melalui jalur pelayaran ALKI 1 dengan jarak tempuh 715 mile laut atau 1.287 km. Kemenko Maritim membutuhkan data dan informasi kajian lintas K/L untuk analisis lebih mendalam mengenai kondisi perairan terkini terutama sedimentasi dan kedalaman perairan serta kemungkinan pendalaman alur pelayaran disekitar jalur alternatif yaitu jalur alternatif 1 Selat Bangka 516 mile laut atau 930 km dan jalur alternatif 2 Selat Gelasa 500 mile laut atau 900 km. Beberapa informasi yang perlu diketahui adalah bagaimana kondisi sedimentasi disepanjang jalur alternatif, apakah dapat dilakukan pendalaman alur untuk pengembangan jalur pelayaran di Selat Bangka dan Selat Gelasa.
Sebagaimana disampaikan oleh Purnomo Raharjo, bahwa alur pelayaran yang melalui selat Bangka saat ini sangat dangkal mengingat kondisi sedimentasi yang berasal dari pantai timur Sumatera Selatan sangat aktif sifat materialnya berupa suspended material. Hasil penelitian dikawasan pantai timur Tanjung Api-Api Sumatera Selatan kecepatan sedimentasi hingga kedalaman 2 m lapisan sedimen adalah 8.9 cm/tahun. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan telah melakukan pemetaan Sistematik Skala 1 : 250.000 di daerah Pulau Bangka dan Belitung sesuai dengan status terakhir hingga tahun 2016. Kegiatan penelitian juga menggunakan metoda seismik single channel (Sub Bottom Profiling), bathimetry. Pemetaan dengan menggunakan skala 1 : 50.000 hanya untuk wilayah Kabupaten mencakup perairan 5 mill laut. Untuk mengetahui lebih detil tentang kondisi alur pelayaran alternatif sebaiknya diusulkan suatu kegiatan terpadu dibawah koordinasi Kemenko Maritim dari beberapa instansi terkait sesuai dengan tugas dan fungsi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan sebagai wakil Kementerian ESDM mengusulkan jika dilakukan pengerukan dan pendalaman alur pelayaran di Selat Bangka dan Selat Gelasa, maka kegiatan studi yang perlu diusulkan adalah pengambilan data tentang pasang surut, kedalaman laut (topografi) serta kondisi geologi bawah permukaan (sub bottom profiling). Jika alur Selat Bangka dan Selat Gelasa perlu pendalaman harus dipertimbangkan material hasil pengerukan akan dikemanakan, dan juga mengajukan proses perijinan karena menyangkut undang-undang Minerba, terkait dengan keberadaan wilayah ijin usaha pertambangan.
(Bidang Afiliasi dan Informasi-PPPGL/ipunk)
Leave a comment