SERTIFIKASI PENYELAMAN ILMIAH (SCIENTIFIC DIVING) BIDANG KEAHLIAN GEOLOGI KELAUTAN DI INDONESIA
Oleh:
Mira Yosi, Jemi Gojali dan Subaktian Lubis
Pengertian Selam Ilmiah (Scientific Diving)
Penyelaman ilmiah atau penyelaman saintifik (scientific diving) lazimnya menggunakan alat scuba (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Selam ilmiah merupakan suatu kegiatan penyelaman yang dilakukan di bawah permukaan air untuk suatu tujuan ilmiah tertentu. Ilmu terkait dengan penyelaman ilmiah yang dikenal sampai saat ini adalah bidang geologi kelautan, bidang arkeologi, bidang oseanografi dan bidang biologi laut. Ilmu-ilmu lain yang juga terkait biasanya mengikuti salah satu bidang yang telah dikenal dan dikembangkan serta diadopsi secara internasional . Salah satu organisasi selam dunia yang melaksanakan sertifikasi dan pelatihan brevet selam ilmiah adalah CMAS (Confédération Mondiale des Activités Subaquatiques). CMAS adalah federasi selam internasional yang berpusat di Roma, Italia. Kegiatan bawah air yang dikembangkan oleh CMAS mencakup kegiatan olah raga selam, sertifikasi berbagai jenjang penyelam dan instruktur, sertifikasi berbagai keahlian penunjang selam, dll. Organisasi selam resmi Indonesia yaitu POSSI (Persatuan Olah Raga Selam Seluruh Indonesia) juga menginduk kepada CMAS termasuk dalam melaksanakan program sertifikasi serta brevet selam ilmiah.
CMAS dan POSSI untuk pertama kalinya melaksanakan sertifikasi selam ilmiah di Indonesia ini diprakarsai oleh Pengprov POSSI Bangka-Belitung di Tanjung, Pandan Belitung, pada tanggal 1-4 Januari 2011 untuk bidang keahlian Marine Geology, Archeology, dan Oceanology. Selain dihadiri oleh Ketua dan Pengurus POSSI Pusat, kegiatan ini juga secara langsung dipantau oleh presiden Scientific Commitee CMAS Mr. Hassen Baccouche. Sertifikasi selam ilmiah internasional ini diikuti oleh para penyelam ilmiah dari berbagai institusi diantaranya Balai Arkeologi Propinsi Sumatera, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Puslitbang Geologi Kelautan, Universitas Hasanuddin, Balai Oseanologi Ambon dan P3O LIPI.
Sertifikasi selam ilmiah bidang keahlian geologi kelautan (marine geology) yang pertama telah dilaksanakan oleh Pengprov POSSI Jawa Barat di Bandung pada tanggal 3-9 Desember 2012. Pelatihan ini dibuka secara langsung oleh presiden POSSI Pusat, Laksamana Madya (purn) Freddy Numberi yang juga menyampaikan harapan agar peserta memahami betul akan safety diving karena penyelaman ilmiah dituntut kecermatan dan kehati-hatian secara khusus. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan akan menjadi pemicu untuk mempercepat sertifikasi serupa di tanah air. Beberapa pengarah yang juga sebagai pembicara tamu yang memberikan arahan atau sebagai key note speaker adalah Prof. Dr. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME (guru besar dan mantan Rektor ITB, mantan menteri P&K) yang memberikan motivasi akan pentingnya penyelaman ilmiah karena sangat luasnya laut kedaulatan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam laut sehingga membutuhkan para penelitian yang kompeten agar pengelolaan pengelolaan sumber daya alam laut ini dapat mensejahterakan dan memakmurkan bangsa; Prof. DR. Ir. Boedi Dharma Sidi (guru besar ITB dan Ketua POSSI Pengprov Jabar), mengemukakan perlunya segera memperbanyak ahli kelautan karena saat ini masih didominasi oleh tenaga asing, pengambilan bahan-bahan penelitian yang diambil dari dasar laut harus semakin selektif karena semakin ketatnya peraturan internasional mengingat telah diberlakukannya MTA (material transfer Agreements); Prof (Ris) DR. Wahyu Hantoro (peneliti senior Geotek LIPI), bahwa kegiatan pemetaan terumbu koral Coremap perlu percepatan sehingga upaya untuk melestarikan terumbu koral serta budi daya aquaculture dapat diterapkan secara tepat guna; sedangkan dr. June Luhulima, sp KL, MS (ketua Komite Litbang POSSI) memberikan arahan tentang psychologi penyelaman serta kesehatan, lebih memahami lingkungan bawah air, bahwa penyelaman ilmiah termasuk research tool yang akurat karena secara langsung dapat melihat serta menyentuh objek-objek penelitian bawah air.
Peserta sertifikasi selam ilmiah internasional ini diikuti oleh 10 (sepuluh) penyelam Puslitbang Geologi Kelautan Bandung. Delapan peserta dinyatakan lulus dan memperolah brevet sebagai Penyelam Ilmiah (Scientific Diver) serta 2 (dua) orang memperoleh brevet selam ilmiah tingkat advanced untuk bidang keahlian Marine Geology dan Oceanology.
Pelaksanaan Sertifikasi
- Kegiatan Kelas, meliputi pemahaman tentang berbagai teori dasar dan aplikasi geologi seperti pengetahuan tentang struktur geologi, stratigrafi, sejarah geologi serta prinsip-prinsip sedimentologi. Pengenalan metoda geofisika yaitu navigasi, pemeruman dan Side Scan Sonar (SSS) juga dipelajari terutama metoda interpretasi objek-objek dasar laut dari rakaman citra Side Scan Sonar.
2. Praktik Selam Ilmiah
Praktik selam ilmiah bidang keahlian geologi kelautan ini dilaksanakan pada tanggal 6-9 Desember 1012 di perairan Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Praktik selam ilmiah dibagi menjadi dua group yaitu:
Group A (instruktor: Jemi Godjali (CMAS Indonesia):
- Mira Yosi, Ir. MSi. (Team Leader)
- Joni Widodo, Ir., MSi.
- Mario Dwi Saputra, SSi
- Rina Zuraida, Ir. DR.
- Arief Ali, SSi.
Group B (instructor: Fred Dobberphul (CMAS, Jerman)
- Subaktian Lubis, Ir. MSc (Team Leader)
- Delyuzar Illahude, Ir.
- Agus Subekti, SSi.
- Erni Herawati, SSi.
- Nazar Nurdin, SSi.
Peralatan geologi yang digunakan oleh masing-masing penyelam adalah:
- Data kedalaman laut dan pasang surut
- Data hasil pengukuran Side Scan Sonar (SSS) Starfish di sekitar lintasan transek
- Kompas bawah air untuk mengukur kedudukan struktur batuan, mengukur arah jurus dan kemiringan penunjaman (dip).
- Sekop kecil untuk pengambilan sampel sedimen dasar laut
- Global Positioning System (GP ) type marine
- Kantong sample sedimen
- Mistar dan busur derajat
- Roll meteran sepanjang 50 meter
- Mistar komparator untuk fotografi bawah laut
- Alat tulis bawah air (slate)
- Dive Computer
Aplikasi Metoda Pendataan
1. Side Scan Sonar
Suvei Side Scan Sonar (SSS) dilakukan sebelum penyelaman ilmiah dilakukan dengan mengambil lintasan sejajar dan tegak lurus garis pantai. Data SSS ini diintegrasikan dengan data pemeruman dan navigasi, sehingga data terpadu yang diperoleh dapat diintegrasikan secara geo-spasial. Alat SSS yang digunakan pada survei penunjang ini adalah jenis Starfish single channel side mounted. Dengan pengaturan ketinggian sekitar 10 m diatas dasar laut maka sapuan luas SSS ini dapat mencapai 40 meter di setiap sisi scan. Selanjutnya, hasil rekaman SSS yang diperoleh ini diseleksi dan digunakan sebagai data komparatif bagi praktik selam ilmiah sehingga dapat ditarik korelasi antara citra rekaman dengan objek dasar laut yang sebenarnya. Rekaman yang dipilih adalah pada lintasan di sekitar dermaga utama Pulau Sepa dengan arah parallel garis pantai.
2. Transek Garis
Metode pendataan yang umum digunakan pada praktik penyelaman saintifik adalah teknik pendataan Penampang Terukur Struktur dan Stratigrafi (Stratigraphic and Structure Measuring Section atau SS-MS) yang terdiri dari :
- Metode transek garis dan pengambilan sampel sedimen
- Pengukuran jurus dan penunjaman struktur geologi (strike and dip)
- Metoda pengamatan geomorfologi lereng dasar laut
- Metoda pengamatan visual objek dasar laut
- Metoda fotografi objek dasar laut
- Metoda navigasi dan positioning menggunakan GPS
3. Rencana Penyelaman (Dive Plan)
- Penyelaman yang direncanakan sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu penyelaman orientasi, Dive I dan Dive II. Lintasan rencana penyelaman dibuat berdasarkan kondisi perairan yaitu atas pertimbangan hasil rekaman Side Scan Sonar terutama yang memiliki citra objek dasar laut yang mudah dikenali.
- Kedalaman penyelaman Dive I dan Dive II masing-masing yang direncanakan adalah 15 meter dengan bottom time 40 menit, kecuali Dive II dengan bottom time 35 menit. Berdasarkan tabel US Navi Dive Tables maka Group Designation adalah F (Under Decompression Limit).
- Pada pelaksanaan kedua Dive ternyata penempatan bouy awal berada pada kedalaman kurang dari 15 meter, sedangkan penyelaman dilaksanakan dengan bottom time 40 menit, sehingga Group Designation penyelaman adalah C (No decompression air dives).
Hasil Pendataan dan Identifikasi
1. Sampel Sedimen
- Secara keseluruhan sedimen dasar laut yang ditemukan berupa Biogenous, yaitu sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme yang hidup terdiri dari cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang telah mengalami transportasi dan dekomposisi.
- Hanya sekitar < 10% ditemukan sedimen Lithogenous, yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah hulu, dicirikan oleh tingkat sortasi dan roundness sedimen.
- Ukuran butir sedimen terdiri dari fragmen pasir halus – pasir sedang – pasir kasar dan sedikit kerikilan.
- Secara makroskopik, tidak ditemukan sedimen Hidrogenous dan Cosmogenous.
2. Identifikasi Geomorfologi
Hasil pengamatan geomorfologi dasar laut yang dilakukan melalui teknik pendataan Penampang Terukur Struktur dan Stratigrafi (Stratigraphic and Structure Measuring Section atau SS-MS) adalah sbb:
- Dive I: Kemiringan lereng dasar laut termasuk sangat curam (> 45%), Dive II: kemiringan lereng dasar laut termasuk curam (25-30%).
- Dasar laut umumnya ditutupi sedimen lepas ukuran pasir kasar-pasir halus
- Sebagian lereng ditutupi organik material dan terumbu koral
- Ditemukan bongkah-bongkah terumbu koral mati ukuran besar (diameter > 3 m)
3. Underwater Fotografi
Pengambilan foto-foto bawah laut menggunakan kamera bawah laut Sea & Sea yang dilengkapi ukuran sebagai komparator skala panjang yaitu mistar berskala cm dan kompas bawah air.
Objek dasar laut yang difoto meliputi:
- Kegiatan transek masing-masing pelaksana
- Jenis-jenis terumbu karang
- Jenis-jenis objek lainnya seperti karung pasir, drum, sampah, batang katu, batang blok beton, kaleng minuman, dsb.
- Close up objek disertai dengan arah jurus dan kedalamannya.
- Identifikasi Objek Dasar Laut
Identifikasi berbagai objek dasar laut meliputi :
- Jenis-jenis berbagai terumbu karang Acropora dan Non-acropora
- Jenis bongkah, batang kayu, orientasi balok beton, rasio persen koral hidup dan koral mati, karung pasir, ban bekas, dsb.
- Jenis sampah organik dan non organik
- Posisi dan orientasi sepanjang transek yang dilakukan
- Pemetaan sebaran ukuran butir sedimen dasar laut
- Pendataan sebaran bulu babi, jenis bulu babi, koloni terumbu karang, dsb.
- Korelasi Data Rekaman SSS
Identifikasi pada rekaman dan interpretasi:
- Bentuk kotak-kotak terang-gelap berurutan dengan rona bayangan hitam memanjang merupakan tiang-tiang penyangga dermaga utama dengan spasi sekitar 2 meter.
- Bentuk bongkah dengan diameter sekitar 1-3 meter dan tinggi sekitar 1 meter merupakan bongkah terumbu karang tunggal yang ditumbuhi berbagaiterumbu acropora kecil lainnya.
- Bentuk image (citra) terang melampar luas merupakan dasar laut yang ditutupi sedimen pasiran ditemukan pada kedalaman > 13 meter.
- Geomorfologi tebing dan dasar laut termasuk lereng curam dan sangat curam (20-55%) sampai kedalaman 15 meter, selanjutnya dasar laut berlereng sedang (< 10%) ditutupi sedimen pasir lanauan yang terdiri dari fragmen rombakan koral, cangkang foram, dan bahan organik lainnya.
Hasil-Hasil Pendataan Penyelaman Ilmiah
Dive I:
- Kemiringan lereng : sangat curam 20- 45% (Van Zuidam, 1983).
- Ratio terumbu karang hidup dengan karang mati (dead coral) > 80%, jenis coral yang teridentifikasi meliputi: Acropora dan coral dengan bentuk meja (table), bercabang (branching), karang otak, sponge.
- Ditemukan objek dasar laut seperti balok beton (bekas tiang dermaga?) dengan panjang ± 4 m dan tebal 30 cm dengan orientasi arah N70˚E.
- Jenis sedimen dasar laut dominan biogenik atau organik (non litogenik).
- Pada umumnya, makin ke perairan dalam, ukuran butir sedimen yang ditemukan semakin halus.
Dive II:
- Kemiringan lereng 25-30%, sebelah kanan lintasan merupakan material pasiran sedangkan sebelah kiri lintasan adalah terumbu karang dengan jenis yang sama (homogen) dengan komposisi dead coral > 70 %.
- Semakin dalam ukuran butir sedimen semakin kasar.
- Ditemukan log kayu sepanjang 3 m dengan arah orientasi N 90˚E.
- Ditemukan berbagai sampah berupa karung, drum bekas (ø = 80 cm), kaleng bekas coca-cola,sandal jepit, kaleng, plastic, dll.
Acara Penutupan Sertifikasi
Acara evaluasi kegiatan sertifikasi selam ilmiah (scientific diving course) bidang keahlian Geologi Kelautan ini ditutup secara resmi di Puslitbang Geologi Kalautan, Bandung, tanggal 12 Desember 2012 oleh Kepala Pusat Litbang Geologi Bandung, DR. Ir. Susilo Hadi. Dalam pesan penutupan ini disampaikan pula arti pentingnya pendataan sumber daya alam laut secara akurat, sehingga hasil-hasil penelitian geologi kelautan khususnya di laut dangkal yang ditunjang oleh kegiatan selam ilmiah ini memiliki akurasi yang lebih signifikan.
Leave a comment