I N. Astawa, I W. Lugra dan M. Wijayanegara - Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Sari
Survai seismik laut sepanjang pantai dan lepas pantai Celukanbawang Bali Utara dimaksudkan untuk mendapatkan data rekaman seismik guna menerangkan kondisi geologi daerah telitian. Berdasarkan pendekatan stratigrafi seismik, rekaman data seismik menunjukkan bahwa di daerah telitian terdapat 2 (dua) runtunan seismik, yaitu runtunan A dan B. Runtunan A diduga merupakan batuan volkanik sedangkan runtunan B diduga merupakan batuan sedimen yang diendapkan dalam lingkungan energi cukup kuat. Pada daerah slope break banyak dijumpai diapir, dan struktur geologi yang berkembang di daerah telitian adalah sesar normal.
PENDAHULUAN
Letak dan Luas Daerah Telitian
Secara administratif daerah telitian termasuk Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Secara geografis terletak pada kordinat 114° 30' -115° 05' BT dan 8° 00' -8° 15' LS seluas lebih kurang 1800 km2 (Gambar 1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi geologi bawah laut di daerah telitian, seperti perlapisan sedimen maupun strukturnya.
Geologi Regional
Geologi regional daerah telitian mengacu pada Peta Geologi Lembar Bali disusun oleh Purbo Hadiwidjojo (1971) yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Adapun urutan stratigrafinya dari
muda ke tua adalah sebagai berikut :
• Endapan termuda adalah aluvium yang disusun oleh lempung pasir kerikil, merupakan pelapukan dari batuan yang lebih tua.
• Batuan Gunungapi Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba.
• Batuan Gunungapi Jemberana yang terdiri atas lava, breksi, tufa Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas dan batuan yang tergabung berumur Kuarter Bawah.
• Formasi Asah, terdiri atas lava, breksi, tufa batu apung dengan isian rekahan bersifat gampingan, diduga berumur Pliosen.
• Formasi Prapatagung, terdiri atas batu gamping, batu pasir gampingan dan napal, diduga bertumur Pliosen.
METODA PENELITIAN
Metoda geofisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah seismik pantul dangkal saluran tunggal. Penelitian seismik pantul dangkal saluran tunggal di daerah telitian menggunakan seperangkat peralatan sparker dengan energi 500-600 joule. Panjang lintasan seismik lebih kurang 225 km dengan arah dominan utara-selatan.
Untuk menentukan posisi lintasan digunakan Magellen nav. 5000 Pro yang ditempatkan di kapal.
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan data seismik yang relatif bagus dan dapat mewakili kondisi geologi bawah laut, maka lintasan seismik dibuat memotong tegak arah umum jurus (strike) yang terdapat di daerah telitian. Berdasarkan
Peta Geologi Lembar Bali, arah umum jurus perlapisan daerah telitian adalah barat-timur, sehingga lintasan dibuat dominan arah utaraselatan dengan harapan dapat memperoleh informasi geologi yang maksimal (Gambar 2). Untuk menafsirkan rekaman seismik menjadi runtunan, harus diperhatikan bidang pemisah, dimana dalam seismik stratigrafi dapat berupa bidang batas yang tegas dan menerus, atau bidang ketidak selarasan.
Bidang ketidakselarasan dalam seismik stratigrafi dapat berupa pepat erosi (erosional truncation) atau kontak onlap. Kontak onlap dapat berupa toplap dan downlap. Bidang pemisah yang ditemukan dalam rekaman
seismik daerah telitian adalah berupa kontak onlap. Dari hasil penafsiran rekaman seismic di
lintasan L-21, diperoleh 2 (dua) runtunan yaitu runtunan A dan B (Gambar 3). Morfologi dasar laut mempunyai kemiringan lereng yang sangat curam ke arah utara. (Astawa , drr., 1994) Dengan memperhatikan gambaran pantulan (intenal reflector) maka runtunan A, yang bentuknya agak kacau (semi chaotik), diduga tersusun oleh sedimen dengan lingkungan
pengendapan energi agak tinggi atau pada lingkungan darat (fluvial). Sedimennya disusun oleh material dengan ukuran butir tidak seragam (heterogen). Kontak antara runtunan A dengan B, merupakan kontak ketidakselarasan berupa kontak onlap. Runtunan A memperlihatkan gambaran pantulan agak sejajar pada bagian atas dan semakin ke bawah menjadi pantulan transparan (free reflector). Bila disebandingkan dengan geologi darat, maka runtunan A diduga merupakan batuan volkanik.
Runtunan B memperlihatkan gambaran pantulan sejajar dan kuat (strong reflector). Diduga runtunan B ini merupakan batuan sedimen dengan lingkungan pengendapan energi agak tinggi dengan besar butir didominasi oleh ukuran kasar. Runtunan B merupakan sedimen kuarter dimana proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Pada daerah slope break yaitu daerah dimana terjadi perubahan dasar laut dari datar ke bagian yang mempunyai kemiringan lereng terjal banyak dijumpai diapir. Hal tersebut sangat umum dijumpai pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal. Di daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal terdapat patahan patahan , hal ini terjadi karena daerah telitian terletak di cekungan belakang busur (back-arc basin) dan dipengaruhi oleh tektonik yang masih aktif. Struktur yang dapat terlihat dari rekaman seismik adalah sesar normal dengan kelurusan barat-timur.
KESIMPULAN
Dari penafsiran data seismic dapat disimpulkan bahwa, runtunan seismik dibagi menjadi 2 (dua) runtunan yaitu runtunan A dan B. Dengan memperhatikan gambaran pantulan dan bidang batas antara runtunan, kemudian
dikorelasikan dengan geologi darat regional, diduga runtunan A merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh batuan volkanik, dan runtunan B merupakan batuan sedimen. Lingkungan pengendapan runtunan B adalah
lingkungan energi cukup tinggi dengan besar butir didominasi oleh ukuran kasar. Sedimen runtunan A diduga berupa sedimen kuarter dimana proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Pada daerah slope break banyak dijumpai diapir dan struktur geologi yang dijumpai di daerah telitian adalah berupa sesar normal.
Leave a comment